Selasa, 29 Januari 2008

SEPAK BOLA DAN NASIONALISME

SEPAK BOLA DAN NASIONALISME
Oleh Revi Marta Dasta
(Singgalang. Jumat, 20 Juli 2007)

Akhirnya Tim Nasional (Tim Nas) sepak bola indonesia harus tersingkir setelah dikalahkan Korea Selatan 1-0 dalam kelanjutan babak penyisihan piala asia 2007. Tentu kita amat besedih dengan kegagalan tim nas kita kali ini. Sebabnya sebelum, anak asuhan Ivan Kolev ini berada pada posisi puncak, sekaligus memberikan sebuah harapan kepada masyarakat Indonesia terutama pencadu bola pada penampilan perdananya.

Penampilan tim nas dengan mengalah Bahrain 2-1 pertandingan pertama teleh memberikan semangat baru bagi dunia sepak bola Indonesia. Ada sebuah anggapan bahwa permainan sepak bola Indonesia sudah berubah dan mengalami peningkatan.

Tidak hanya penggemar sepak bola tetapi, hampir seluruh masyarakat Indonesia dengan kemenangan itu. Melihat penampilan cemerlang tim nas tersebut, berbagai dukungan datang silih berganti dari berbagai komponen masyarakat baik yang disampaikan dalam media cetak dan elektronik maupun secar lansung kemarkas tim nas untuk memberi semangat.
Belum lagi banyanya para donator yanga akan memberikan bonus kepada pemain jika meraih kemenangan intinya meraka sangat menaruh hapapan sebagai perwujudan rasa nasionalisme mereka.

Mereka yang memberikan supor itu tidak hanya masyarakat biasa tetapi pejabat sekelas dan wakil presiden. Kita melihat bagaimana wakil presiden Yusuf Kalla datang ketempat latihan pemain tim nasional memberikan semangat.

Begitu juga dengan presiden SBY ditengah kesibukan dalam mengurus Negara ini tapi, beliau masih menyempatkan diri menonton sepak bolan ketika Indonesia menghadapi Arab Saudi. Walaupun kalah, presiden tetap memuji tim nas kita.

Tentunya kita jadi bertanya gejala apa yang muncul dengan adanya piala asia ini benarkah kemenangan tim sepak bola Indonesia akan membangkitkan rasa nasionalisme kita sebagai sebuah bangsa ataukah rasa itu hanya euphoria semangat. Artinya setelah pertandingan piala asia ini selesai maka selamat tinggal nasionalisme Indonesia atau malah setelah ditinggalkan dengan Korea Selatan rasa nasionalismae itu hilang begitu saja.

Memang dewasa ini pemerintah mengalami dalam membangun rasa cinta tanah air terhadap rakyatnya sendiri kondisi ini bisa dilihat beberapa obsi separatiasme yang mulai mengerogoti semangat nasionalisme itu. Sementara momen-monem dalam membangkitkan rasa nasionalisme itu tidak juga muncul.

Belum ada tokoh yang mampu membangkitkan itu. Bila boleh mencotoh Soekarno yang gagah berani menyatakan keluar dari PBB dan pemberani mengacam Malaysia karena telah meremehkan Indonesia terleps dari polemic atas sikap soekarno itu tetapi beliau sudah bisa membangkitkan semangat nasionalisme kita saat ini.

Sekarang karena banyak sekali terpesona yang mendera bangsa ini, tidak dapat dipungkiri akan menyurutkan semangat nasionalisme itu. Kita lagi tidak bangga dengan bangsa sendiri. Orang dengan mudah saja mencampuri urusan dalam negeri kita. Tidak ada rasa segan meraka terhadap kita yang berpenduduk empat besar di dunia ini.

Apakah kita tidak ada harganya dimata mereka. Sehingga mereka enak saja memapung para orang yang nyata-nyata terlibat separatisme seperti kejadian Papua. Atau Negara kecil mungil Singapura yang sudah pandai pula menggertak kita.

Selayaknyalah kita belajar ke Brazil, sebauh Negara yang hampir sama kondisi ekonomi dan sosialnya dangan Indonesia. Brazil mampu membuat sebuah trade mark bagi bangsanya, yaitu rajanya sepak bola. Orang mengenal Brazil denagn sepak bola.

Samapai saat ini Negara Brazil tetap menjadi idola setiap orang di dalam maupun di luar Brazil. Orang lebih kenal dengan Ronaldo, Ronaldinho atau Robinho dibanding dengan presiden Brazil. Begitulah Brazil membangkitkan rasa nasionalismenya.

Memang unik, ternyata sepak bola tidak lagi menjadi sebatas oleh raga, tetapi, sudah menjadi gengsi dan pertaruhkan harga diri bangsa. Brazil adalah Negara yang konsisten melahirkan pemain-pemain muda. Tiap tahun Brazil menjadi menyulapi pemain sepak bola di dunia ini.
Liga Eropa sebagai liga terbaik di dunia hampir semuanya dipenuhi oleh pemain Brazil. Tidak bisa dibayangkan berapa uang yang mengalair ke negaranya. Intinya orang jadi segan dengan Negara Brazil.

Nah, sekarang kita bangsa Indonesia bagaimana? Apa yang bisa kita banggakan sebagi sebauh bangsa. Jika sepak bola bisa mengakat harga diri bangsa rasanya tidak mungkin. Sebab di Asia Tenggara saja kita kalah bersaing dengan Negara tetengga seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Sekarang malah Negara kecil, singapura sudah pula mulai mengacam kita.

Akhirnya mari kita jadikan sepak bola sebagai pemabangkit rasa nasionalisme bangsa. Banyak harapan tertumpang kepada pemain sepak bola kita. Walupun kita dikalahkan Korea Selatan, tetapi semagat kita jangan sampai luntur. Ingat sembentar lagi hari kemerdekaan, mari kita jadikan sebagi momen membangkitkan nasionalisme. Kedepan sepak bola perlu diurus lebih serius lagi.

Tidak ada komentar: