Selasa, 29 Januari 2008

MAIN BUNUH

MAIN BUNUH
Oleh Revi Marta Dasta
(Singgalang. Senin. 9 April 2007)


Membunuh tidak lagi menjadi sesuatu yang memankutkan. Bunuh membunuh seakan sudah menjadi kebiasaan dalam menyelesaikan masalah. Orang tidak lagi segan dan takut untuk melakukan ini. Kita tentunya heran, kenapa orang begitu nekat menghilangkan nyawa orang lain. Atau dengan membunuh orang lain adalah hasil dari proses didikan yang kita dapatkan selama ini.

Kita begitu miris mendengar seorang anak SMA berumur 16 tahun dibunuh oleh sang pacar berumur 18 tahun dengan sadisnya. Kejadian ini sungguh menyedihkan sakaligus memalukan. Menyedihkan karena yang dibunuh dan membunuh tergolong remaja. Orang yang masih sekolah dan sedang dalam proses menjalankan pendidikan. Tersangka bersama kawannya enteng saja melakukan itu tanpa pikir panjang. Pembunuhan ini terjadi karena tersangka selalu di didesak untuk mempertanggungjawabkan atas apa yang telah dibuatnya. Tersangka kalap mengira tidak separah itu akibat dari perbuatannya. Hubungan percintaan yang dibangun selama ini berakhir tragis. Ternyata si cewek sudah berbadan dua. Malu dan tentu saja panik.

Memalukan karena yang membunuh masih anak SMA. Orang yang tiap hari diajarkan sopan santun dan etika di sekolah. Ternyata si pelaku tidak hanya satu orang tetapi juga dibantu oleh kawannya. Artinya orang berpikiran kejam itu tidak hanya satu orang. Mungkinkah pikiran kotor itu telah merasuki kawan-kawannya atau remaja kita hari ini?

Tentu semua orang tidak percaya dengan kejadian ini. Mana mungkin pembunuhan itu terjadi. Mana mengkin si cewek sudah hamil selana 4 bulan. Rasanya tidak mungkin. Tetapi di daerah ini mungkin saja terjadi. Dan bisa saja kejadian semacam itu sudah banyak terjadi. Yang paling shock tentu saja orang tua si korban. Ternyata selama ini ia telah di kelabui anaknya. Anaknya yang dahulu masih lugu dan nampak penurut ternyata sudah berani berbuat yang tidak sepantasnya dilakukan. Selama ini orang tua korban hanya melihat anaknya normal dan biasa saja. Tidak ada tanda-tanda anaknya akan berbuat senekat itu. Namun apa hendak dikata anak manis dan lugu itu meregang nyawa oleh ulahnya sendiri. Perasaan sedih dan tidak percaya telah menghigapi keluarga korban. Rasa benci bercampur kecewa mungkin akan selalu menghantui pikiran mereka.

Kalau kita sepakat, kasus ini bukan hanya dilihat dari pembunuhannya saja. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah proses pembunuhan itu. Jelas sekali bahwa pembunuhan itu terjadi karena si pelaku tidak mau menerima kehamilan sang pacar. Di sini terjadi tindakan amoral sebelum pembunuhan. Malu rasanya kawin muda. Masih sekolah lagi. Atau mendapatkan isteri yang ternyata “sudah dulu bajak dari pado jawi”. Tetapi yang lebih aneh, si tersangka tidak mau membunuh, ditangkap polisi atau dihukum masyarakat. Tapi itulah kondisi masyarakat kita hari ini. Mau main bunuh saja?

Beberapa bulan lalau masih ingat dalam pikiran kita, seorang orang suami membunuh istri dan mertua dalam proses persidangan. Tidak ada rasa kasihan dan rasa malu. Padahal itu ditonton hampir oleh semua orang. Belum lagi pembunuhan-pembunuhan sadis lainnya. Sebut saja anak membunuh orang tuanya, orang tua membunuh anaknya, atau anak yang belum dilahirkan sudah dibunuh alias digugurkan.

Pertanyaannya kenapa semua itu terjadi? Siapa yang akan disalahkan dalam kasus ini? Si tersangka sudah jelas salah, begitu juga dengan si korban. Namun siapa yang akan bertanggungjawab. Mungkin saja orang tua yang salah karena tidak mendidik anaknya. Atau mungkin guru yang tidak mampu memberikan nilai-nilai kepada si anak. Ataukah orang disekeliling tersangka yang salah. Jawabanya mungkin saja kita bisa salah semua. Maka dari itu, sangat perlu mengevaluasi segala bentuk pendidikan terhadapa anak baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan. Begitu juga dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Misalnya orang yang mengajar mereka berbuat tidak seronoh. Sampai mereka melakukan layaknya hubungan suami istri dan juga membunuh. Maka kesigapan kita mengantisipasinya sangat dibutuhkan. Wasalam.

Tidak ada komentar: