Selasa, 29 Januari 2008

BERSAMA MENGINTAI MALING

BERSAMA MENINTAI MALING
Oleh Revi Marta Dasta
(Singgalang. Selasa, 17 April 2007)



Kesibukan yang begitu tinggi di masyarakat kita hari ini, seakan telah melupakan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini sudah melembaga di masyarakat. Misalnya saja meluangkan waktu melakukan penjagaan terhadap lingkungan sekitar rumah tempat tinggal. Seharusnya menjaga keamanaan lingkungan dari para penjahat atau maling merupakan tugas dan tanggung jawab bersana. Namun seringkali terjadi dicap acuh dan tidak peduli dengan lingkungan bersama. Kita baru menyadari betapa pentingnya kebersamaan dalam menjaga lingkungan setelah kita sendiri yang menjadi korban kemalingan atau perampokan.

Selama ini kita hanya mengangap remeh persoalan keamanan lingkungan. Kadang kala kita juga merasa cuek dengan lingkungan, tidak mau terlibat dengan kegiatan sosial yang sering kita dengar seperti ronda atau siskamling tidak lagi menjadi sebuah kebutuhan. Sering kali orang menggap remeh ronda atau siskamling. Kondisi seperti ini seringkali terjadi pada daerah perkotaan dimana setiap saat masyarakat disibukan dengan kegiatan kantor perdagangan dan jasa.

Padahal kalau dicermati, kemalingan paling sering kali terjadi di lingkungan kita. Si pemaling itu malah tidak ragu-ragu dalam menjalakan aksinya biadabnya. Kadang-kadang malah sampai membunuh dan melukai korban. Beruntung yang hilang itu hanya barang-barang yang berharga, tetapi kalau nyawa yang melayang akibat sabetan clurit pemaling tadi tentu akan lain ceritanya.

Ada kejadian yang baru-baru ini memimpa teman saya terjadi di daerah jati-padang salah seorang aktifis organisasi kemahasiswaan kehilangan HP. Padahal HP itu sangat penting baginya dalam menjalakan aktivitas sehari-hari. Begitu terpukulnya dia sehingga tidak tau kemana harus mencari gantinya. Kasus-kasus tersebut mungkin sudah banyak terjadi. Tetapi apabila kita tidak waspada dari sekarang maka korban kemalingan akan banyak bertambah. Maka tindakan yang bersifat prefentif harus segera dilakukan. Mari kita bersama mengintai maling.

MAIN BUNUH

MAIN BUNUH
Oleh Revi Marta Dasta
(Singgalang. Senin. 9 April 2007)


Membunuh tidak lagi menjadi sesuatu yang memankutkan. Bunuh membunuh seakan sudah menjadi kebiasaan dalam menyelesaikan masalah. Orang tidak lagi segan dan takut untuk melakukan ini. Kita tentunya heran, kenapa orang begitu nekat menghilangkan nyawa orang lain. Atau dengan membunuh orang lain adalah hasil dari proses didikan yang kita dapatkan selama ini.

Kita begitu miris mendengar seorang anak SMA berumur 16 tahun dibunuh oleh sang pacar berumur 18 tahun dengan sadisnya. Kejadian ini sungguh menyedihkan sakaligus memalukan. Menyedihkan karena yang dibunuh dan membunuh tergolong remaja. Orang yang masih sekolah dan sedang dalam proses menjalankan pendidikan. Tersangka bersama kawannya enteng saja melakukan itu tanpa pikir panjang. Pembunuhan ini terjadi karena tersangka selalu di didesak untuk mempertanggungjawabkan atas apa yang telah dibuatnya. Tersangka kalap mengira tidak separah itu akibat dari perbuatannya. Hubungan percintaan yang dibangun selama ini berakhir tragis. Ternyata si cewek sudah berbadan dua. Malu dan tentu saja panik.

Memalukan karena yang membunuh masih anak SMA. Orang yang tiap hari diajarkan sopan santun dan etika di sekolah. Ternyata si pelaku tidak hanya satu orang tetapi juga dibantu oleh kawannya. Artinya orang berpikiran kejam itu tidak hanya satu orang. Mungkinkah pikiran kotor itu telah merasuki kawan-kawannya atau remaja kita hari ini?

Tentu semua orang tidak percaya dengan kejadian ini. Mana mungkin pembunuhan itu terjadi. Mana mengkin si cewek sudah hamil selana 4 bulan. Rasanya tidak mungkin. Tetapi di daerah ini mungkin saja terjadi. Dan bisa saja kejadian semacam itu sudah banyak terjadi. Yang paling shock tentu saja orang tua si korban. Ternyata selama ini ia telah di kelabui anaknya. Anaknya yang dahulu masih lugu dan nampak penurut ternyata sudah berani berbuat yang tidak sepantasnya dilakukan. Selama ini orang tua korban hanya melihat anaknya normal dan biasa saja. Tidak ada tanda-tanda anaknya akan berbuat senekat itu. Namun apa hendak dikata anak manis dan lugu itu meregang nyawa oleh ulahnya sendiri. Perasaan sedih dan tidak percaya telah menghigapi keluarga korban. Rasa benci bercampur kecewa mungkin akan selalu menghantui pikiran mereka.

Kalau kita sepakat, kasus ini bukan hanya dilihat dari pembunuhannya saja. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah proses pembunuhan itu. Jelas sekali bahwa pembunuhan itu terjadi karena si pelaku tidak mau menerima kehamilan sang pacar. Di sini terjadi tindakan amoral sebelum pembunuhan. Malu rasanya kawin muda. Masih sekolah lagi. Atau mendapatkan isteri yang ternyata “sudah dulu bajak dari pado jawi”. Tetapi yang lebih aneh, si tersangka tidak mau membunuh, ditangkap polisi atau dihukum masyarakat. Tapi itulah kondisi masyarakat kita hari ini. Mau main bunuh saja?

Beberapa bulan lalau masih ingat dalam pikiran kita, seorang orang suami membunuh istri dan mertua dalam proses persidangan. Tidak ada rasa kasihan dan rasa malu. Padahal itu ditonton hampir oleh semua orang. Belum lagi pembunuhan-pembunuhan sadis lainnya. Sebut saja anak membunuh orang tuanya, orang tua membunuh anaknya, atau anak yang belum dilahirkan sudah dibunuh alias digugurkan.

Pertanyaannya kenapa semua itu terjadi? Siapa yang akan disalahkan dalam kasus ini? Si tersangka sudah jelas salah, begitu juga dengan si korban. Namun siapa yang akan bertanggungjawab. Mungkin saja orang tua yang salah karena tidak mendidik anaknya. Atau mungkin guru yang tidak mampu memberikan nilai-nilai kepada si anak. Ataukah orang disekeliling tersangka yang salah. Jawabanya mungkin saja kita bisa salah semua. Maka dari itu, sangat perlu mengevaluasi segala bentuk pendidikan terhadapa anak baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan. Begitu juga dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Misalnya orang yang mengajar mereka berbuat tidak seronoh. Sampai mereka melakukan layaknya hubungan suami istri dan juga membunuh. Maka kesigapan kita mengantisipasinya sangat dibutuhkan. Wasalam.

WASPADA TERHADAP TARAUMA GEMPA

WASPADA TERHADAP TARAUMA GEMPA
Oleh Revi Marta Dasta
(Singgalang. Kamis 15 Maret 2007)


Sampai saat ini, berdasarkan perhitungan sementara kerugian akibat gempa bumi yang melanda Provinsi Sumatera Barat sudah mencapai 800 milyar, sebagaimana yang telah disampaikan oleh gubernur Gamawan Fauzi (singgalang 13/03). Daerah yang paling banyak mengalami kerugian sementara adalah Kabupaten Agam yaitu Rp 245 milyar di susul Kota Padang Panjang dan Kabupaten Tanah Datar. Jumlah kerugian ini akan terus bertambah apabila gempa susulan masih saja berlangsung. Ini baru kerugian secara meteril belum lagi kerugian moril yang hampir dialami korban akikar gempa ini.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan HMI-KAHMI Sumatera Barat di beberapa lokasi kejadian. Seperti Koto Baru, Situjuah Batu, dan Sungai Tanang terlihat banyak rumah yang rusak berat dan ringan. Sebagaian dari penghuninya tidur di bawah tenda-tenda darurat yang dibuat seadanya. Wajah cemas masih masih menghatui mereka. Menurut penuturan salah satu keluarga korban, Ayu di sungai tanang, kabupaten agam mereka sudah beberapa hari ini menginap di tenda di samping rumahnya. Tenda ini terbuat dari plastik ditopang oleh beberapa kayu. Di dalam tenda tersebut terlihat susunan barang yang sudah berserakan. Kebanyakan barang-barang tersebut adalah peralatan masak dan peralatan rumah tangga lainya. Barang-barang tersebut rata-rata sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi.

Keadaan rumah ayu ini sangatlah menyedihkan, bagian dinding belakang rumah sudah hancur/roboh. Tiang-tiang penyangga rumah tidak lagi berfungsi dengan baik karena sudah patah. Sebagian tiang rumah ditopang dengan bantuan kayu yang hampir terdapat di semua sisi rumah. Tujuannya agar rumah tersebut tidak roboh sehingga dapat digunakan untuk berteduh sementara.

Namun meraka tidak terlalu menggunakan rumah tersebut, karena takut kalau gempa susulan terjadi. Beban keluarga makin bertambah mengingat Ayu akan menamatkan kuliahnya di Bukittinggi. Ditambah lagi adik-adiknya yang masih duduk di bangku SD dan SMP. Menurutnya mereka sudah beberapa hari ini tidak bersekolah. Guru-guru meliburkan mereka, karena sekolah banyak yang roboh dan retak.

Di sekeliling rumah tersebut masih banyak terdapat rumah yang sama parahnya dengan rumah Ayu. Sebelum sampai ke rumahnya, terdapat mesjid yang retak dan hamper roboh. Mesjid tersebut nampak dibiarkan saja, karena masing-masing orang sibuk dengan nasibnya masing-masing. Masyarakat di nagari ini sangat mengharapkan sekali bantuan dari pemerintah. Terutama pembangunan secepatnya rumah mereka. Di samping itu mereka sangat membutuhkan pasokan makanan seperti beras dan lauk-pauk lainnya, juga tenda yang agak baik. Mereka semua menanti, masihkah ada bantuan untuk mereka. Walaupun posko-posko bantuan sudah ada di perkampungan mereka. Kondisi ini ditambah lagi dengan pertentanga beberapa warga deangan wali nagari, terkait dengan pendistribusian bantuan.

Sekelumit cerita tadi adalah gambaran nyata dari keadaan kondisi korban gempa. Walaupun penyaluran bantuan sudah dilakukan oleh pemerintah provinsi sumatera barat. Namun yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pasokan bahan makanan, tenda-tenda dan pengobatan kesehatan.

Dengan terjadinya musibah ini maka dapat dipastikan anggaran akan banyak tersedot untuk penanggulangannya. Kita khawatir musibah ini akan mendatangkan kemiskinan baru di sumatera barat. Upaya-upaya bersifat solutif perlu dilakukan. Jangan ada trauma di masyarakat. Jangan sampai kasus ibu Junaidy Mercy di Malang terjadi. Beliau tega membunuh anaknya karena tidak tahan dengan beban ekonomi yang tinggi. Maka kewaspadaan kita semua sangat dibutuhkan.

PENANGULANGAN KEMISKINAN

PENANGULANGAN KEMISKINAN
Oleh; Revi Marta Dasta
(Haluan. Senin, 4 Desember 2006)


Untuk saat ini, kita merasa pesimis dengan target pemerintahan untuk menurukan jumlah pendudk miskin di Sumatera Barat. Hal ini terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan Universitas Andalas dengan Dinas Sosial Sumatera Barat belum lama ini, menyimpulkan bahwa program-program anti kemiskinan yang digulirkan telah gagal membebaskan rumah tangga miskin dari kemiskinana (Padang Ekspres, 23/11). Ada tiga penyebab kegagalan program kemiskinan itu adalah berkaitan dengan sifat program, pengelolaan, dan partisipasi local.
Berdasakan hasil penelitian tersebut pendudk miskin melonjak tajam menjadi 54,1 persen. Suatu angka yang sangat mencemaskan disbanding dengan jumlah penduduk miskin tahun 2005, sebesar 22,07 persen. Padahal rencana pembangunan jangkah menengah (RPJM) Sumatera barat tahun 206-2010, salah satu prioritas agenda pembanguna tahun 2006-2010 adalah mempercepat penurunan tingkat kemiskinan, yaitu menurunkan jumlah pendudk miskin rata-rata 16 persen pertahun selama periode 2006-2010 sehingga diperkirakan tingkat kemiskinan mencapai sekitar 10 persen pada tahun 2010.
Jika berkaca pada hasil penelitian tadi maka sulit bagi Pemerintaha Sumatera Barat untuk memenuhi target penurunan kemiskinan. Maka perlu kiranya dilakukan langkah-langkah strategis untuk memgatasinya. Program ke depan hendaknya jangan sesaat saja tetapi berkelanjutan supaya dapat dirasakan lebih lama oleh masyarakat. Ibarat pepatah, janya hanya memberikan umpan saja tapi harus dengan pancingannya. Pemerintah hendaknya dorongan masyarakat membuat usaha mandiri yang bias menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Di samping itu, usaha kecil yang telah ada hendaknya dibutuhkan, terutama dari segi pemodalan. Karena itu yang saat perlu sekali dilakukan saat ini. Karena program-program yang dibuat hendaknya lebih terukur dan terencana, serta dapat dinikmati masyrakat saat ini juga. Jangan ada kesan program yang dibuat masing-masing dinas hanya untuk menghabiskan uang Negara saja sementara hasilnya tetap begitu saja. Kemiskinan meningkat dan pengaguran juga tidak dapat di tekan.
Pengelolaan program yang dilakukan pemerintah agar dilakukan dengan baik, karena belum tentu program yang baik akan mendapatkan hasil yang maksimal tampa dikelola secara baik. Program tersebut seyogyanya berkelanjutan sehingga dapat dinikmati pasca program selesai dan dapat dijadikan sandaran untuk pemenuhan kenbutuhaan sehari-hari masyarakat.
Untuk mengelola program ini menurut hemat penulis perlu mengikut sertakan pihak lain diluar pemerintahaan seperti generasi muda sebagai mitra. Keikutsertaan bias saja dengan ikut langsung sepeti tenaga pendamping, survey, pengawas dan tranparansi pelaksanaan program, penyusunan strategi penengulangan kemiskinan serta penggabungan system informasi rumah tangga miskin di tingkat nagari dan kelurahaan.
Ini penting dilakukan untuk membantu pemerintah dalam mendapatkan informasi dan data yang akurat tentang kondisi kemiskinaan secara langsung. Bagi pihak yang diikutkan dalam pengelolaan program, merupakan bentuk pengabdian secara langsung pada masyarakat dan dapat mengembangkan potensi mereka yang dilibatkan.
Untuk mendukung agenda pemerintahan tersebut sangat diharapkan sekali partisipasi masyarakat, terutama tokoh masyarakat dan organisasi di tempat program berlangsung. Manfaat dari partisipasi ini adalah untuk melanjutkan dan memastikan program tetap berjalan secara maksimal.
Menjadikan masyarakat sebagai bagian dari kegitan ini perlu segera didorong dan dikembangkan. Masyrakat langsung dilibatkan sebagai pelaksana, bukan sebagai objek saja. Sehingga dengan demikian masyrakat merasa memiliki tangung jawab terhadap keberadaan program pemerintah.
Maka program pemerintah mempercepat penurunan tingkat kemiskinaan ini perlu dievaluasi kembali, mulai perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan. Agar nantinya tingkat kemiskinan dapat tercapai sesuai dengan target pemerintah Sumatera Barat sebesar 10 persen pada tahun 2010. tentunya, target ini akan berhasil di capai secara maksimal apabila didukung olah semua pihak. Amin.

PENANGULANGAN KEMISKINAN, PERLU DUKUNGAN SEMUA PIHAK

PENANGULANGAN KEMISKINAN,
PERLU DUKUNGAN SEMUA PIHAK
Oleh: Revi Marta Dasta
(Singgalang. Rabu, 6 Desember 2006)



Untuk saat ini, kita merasakan pemisismis dengan target pemerintah untuk menurunkan jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat. Hal ini terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan Universitas Andalas dengan Dinas Sosial Sumatera Barat belum lama ini, menyimpulakan bahwa program-program anti kemiskinana yang digulirkan telah gagal membebaskan rumah tangga miskin dari kemiskinan (Padang Ekspres, 23/11). Ada tiga penyebab gagalnya program kemiskinan adalah berkaitan dengan sifat program pengelolaan dan partisipasi local.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut penduduk miskin melonjak tajam menjadi 54,1 persen. Suatu angka yang saat mencemaskan dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin tahun 2005, sebesar 22,07 persen. Padahala Dalam Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Sumatera Barat tahun 2006-2010, salah satu prioritas agenda pembangunan adalah mempercepat penurunan peningkatan kemiskinana, yaitu menurunklan jumlah penduduk miskin rat-rata 16 persen pertahun selama periode 2006-2010. sehingga diperkirakan tingkat kemiskinan mencapai sekitar 10 persen pada tahun 2010.
Jika berkaca pada hasil penelitian tadi maka sulit bagi Pemerintaha Sumatera Barat untuk memenuhi target penurunana kemiskinan. Maka perlu kiranya dilakukan langkah-langkah strategis untuk memgatasinya. Program ke depan hendaknya jangan sesaat saja tetapi berkelanjutan supaya dapat dirasakan lebih lama oleh masyarakat. Ibarat pepatah, janya hanya memberikan umpan saja tapi harus dengan pancingannya. Pemerintah hendaknya dorongan masyarakat membuat usaha mandiri yang bias menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Di samping itu, usaha kecil yang telah ada hendaknya dibutuhkan, terutama dari segi pemodalan. Karena itu yang saat perlu sekali dilakukan saat ini. Karena program-program yang dibuat hendaknya lebih terukur dan terencana, serta dapat dinikmati masyrakat saat ini juga. Jangan ada kesan program yang dibuat masing-masing dinas hanya untuk menghabiskan uang Negara saja sementara hasilnya tetap begitu saja. Kemiskinan meningkat dan pengaguran juga tidak dapat di tekan.
Pengelolaan program yang dilakukan pemerintah agar dilakukan dengan baik, karena belum tentu program yang baik akan mendapatkan hasil yang maksimal tampa dikelola secara baik. Program tersebut seyogyanya berkelanjutan sehingga dapat dinikmati pasca program selesai dan dapat dijadikan sandaran untuk pemenuhan kenbutuhaan sehari-hari masyarakat.
Untuk mengelola program ini menurut hemat penulis perlu mengikut sertakan pihak lain diluar pemerintahaan seperti generasi muda sebagai mitra. Keikutsertaan bias saja dengan ikut langsung sepeti tenaga pendamping, survey, pengawas dan tranparansi pelaksanaan program, penyusunan strategi penengulangan kemiskinan serta penggabungan system informasi rumah tangga miskin di tingkat nagari dan kelurahaan. Ini penting dilakukan untuk membantu pemerintah dalam mendapatkan informasi dan data yang akurat tentang kondisi kemiskinaan secara langsung.
Bagi pihak yang diikutkan dalam pengelolaan program, merupakan bentuk pengabdian secara langsung pada masyarakat dan dapat mengembangkan potensi mereka yang dilibatkan.
Untuk mendukung agenda pemerintahan tersebut sangat diharapkan sekali partisipasi masyarakat, terutama tokoh masyarakat dan organisasi di tempat program berlangsung. Manfaat dari partisipasi ini adalah untuk melanjutkan dan memastikan program tetap berjalan secara maksimal. Demikian, terima kasih.

SEMUA KEHENDAK TUHAN

SEMUA KEHENDAK TUHAN
Oleh Revi Marta Dasta
(Singgalang. Jumat 11 Mei 2007)

Musibah yang dating secara bertubi-tubi telah mengusik hati nuri anak-anak di negeri ini untuk peduli terhadap korban bencana. Bantuan demi bantuan terus mengalir deras seiring dengan banyaknya karban jiwa dan harta.

Merka termotifasi atas rasa keharuan dan prihatian terhadap saudara dan karib kerabat yang mungkin kini sedang kelaparan akibat tidak ada pasokaan makanana, kedinginnan karena harus tudur di luar rumah atau sedang meringisa kesakitana di posko-posko bencana dan rumah sakit. Ada sebuah kekhawtiran, bahwa bias saja kejadian ini menimpa diri kita, musibah itu pasti akan dating juga kepada kita. Memang musibah merupakan hal yang unik. Dia datang tidak memberi tahu. Datang ketika kita sedang tertidur pulas atau kita sedang santai-santai menikmati enaknya dunia ini.

Bagi sikorban bencana ini menimbulkan trouma yang mendalam. Mereka tidak menyangka kenapa bencana harus menimpa. Padahal tidak ada tanda-tanda atau firasat terlebih dahulu. Orang-orang kita terdahulu selalu menghubung-hubungkan sesuatu kejadian dengan yang lainyan, hiasanya dengan binatang. Misalnya, bila cicak berbunyi di dinding menandakan kebenmara dari cerita yang kita samapikan. Atau kucing yang berdiri di depan pintu sedang membasuh mukanya, pertanda ada tamu yang akan dating. Mungkin saja, ketika bencana itu terjadi kita tidak meraskan tanda-tanda tersebut. Namun kata sebagian orang tidak mungkin bencana bias dihubung-hubungkan dengan yang lain. Semua adalah kehendak tuhan.

Ya, musibah memang sudah berulang kali dating dan tidak henti-hentinya. Pembicaraan kita tiap hari lebih banyak mengenai musibah ini. Media cetak dan elektronik selalu menjadikan bencana sebagai head line dalam pemberitaannya. Masyarakat telah menjadikan media sebagai sebuah kebutuhan penting di samaping kebutuhan lainya. Setiap bangun pagi yang kita cari selalu Koran atau televise untu melihat perkembangna musibah terbaru. Alat perhunbungan yang ada di datar, udara, dan laut sudah pernah mengalami kecelakaan. Pesawat terbang terbakar, mendatangkan banyak korban jiwa dan harta. Begiitu juga kapal laut yang terbakar, kemudioan kecelakaan-kecelakaan di datar sepert bus dan kerta apai yang tidak henti-hentinya. Sepertinya tuhan tidak lagi memberikan ruang gerak untuk menghindar. Kita sudah dikepung dari berbagai arah. Pertanda apa ini? Mengapa tuhan begitu marahnya kepada kita, perbutan salah seperti apa yang telah dibuat oleh penghuni bimi ini. Jawabnya ada di kepala kita masing-masing.

Sumatera barat yang terkenal dengan keelokan alamnya, harus luluh lantak dihantam gempa. Korban telah banyak berjatuhan kerugian harta benda tidak dapat dihitung lagi. Air mata tidak dapat dibendung lagi. Ada anak kehilangan orang tuanya, suami kehilangan istrinya dan sebalikya kebingungan pekerjaanya sampai banyak yang kehilangan harapan hidup. Gempa bumi kerkekuatan 6,2 SR ini sebelunyan juga telah didahulu dengan terbakarnya istano pagaruyung, peninggalan paling bersejarah bagi orang minang. Tempat pemberian gelar kehormata kepada pejabat dan tokoh negeri ini. Berbagai polemic telah muncul tentang pembangunan istano tersebut. Komentar-komentar dating silih berganti bagi yang suka maupun tidak menurut informasi yang saya dengar, ketika istano itu meletu hujan tidak begitui deras hanya gerimis yang turun, petir tidak terlalu sering menyambar. Ada yang aneh memang, kenapa petir itu hanya menyabar istano itu saja padahal banyak juga gedung-gedung alain yang lebih tinggi dri istano trsebut. Kalau di sisi teknologi tidak mungkin saja terdadi, penangkal petirnya saja dari BATAN, sebuah badan yang telah dipercayai ampuh di Indonesia.

Di sini kita bias melihat bahewa kehebatan manusia tidak ada apa-apanya dengan kekuatan Tuhan. Walau pun telah dihasilkan berbagai teknolagi canggih namun belum mampu menahan kekutan Tuhan. Maka dari itu, sebaia mahkluk tuhan yang lemah sangat perlu menyadari eksistensi tuhan dalam kehidupoan kita. Gempa yang terjadi kemaren hanya beberpa detik saja namun telah meluluh lantakkan negeri ranah Minang ini. Coba kita bayangkan bila itu terjadi dalam waktu yang lama mungkin saja tidak ada lagi manusi yang hidup semua meninggal karena ketakutan dan kecemasa. Semoga bencana tidaka terjadi lagi.

SEMUA PEDULI BENCANA

SEMUA PEDULI BENCANA
Oleh: Revi Marta Dasta
(Haluan. Kamis 15 Maret 2007)

Paska terjadinya gempa berkekuatan 6,2 SR di Sumatera Barat semua oaring merasa prihatin dan peduli. Dimana-mana ditemuai oaring meminta sumbangan di jalan-jalan protocol. Begitu juga orang rantau yang berlomba-lomba menggalang dukungan bantuan untuk membanytu korban musinbah gempa ini.

Terutama merka yang keluarganya menjadi korban akibat bencana. Berbagai nomor rekening di buka untuk menyalurkan bantuan media juga telah membuka dompet peduli dan ada juga yang ditayangkan ditelevisi. Berbagai posko kesehatan telah dibuka, biasanya dekan daerah yang palimng parah ditimap musibah. Bantuan seperi makanan, pakaian dan alat-alat kesehatan telah memenuhu sebagaian posko sebauh sikapi yang perlu dilestarikan untuk masa selanjutnya.
Seperi biasa sekarang orang kembali meributkan persoalan penangan bencana yang tidak diurus denga baik. Kesalah-kesalah telah kembali terungkap yang paling banyak disalah adalah pemerintah.

Pemerintah tidaka memiliki manajemen pengelolana bnecana yang baik. Banayk permasalahan baru muncul yang seharusnya tidak terjadi tetapi menjadi polemic berkepanjangan. Seperti pendistribusian bantuan yang tidak sampai kepada korban karena tempatnya yang sulit untuk ditempuh samapai pada tingkah laku pemberi bantuan dan relawan yang kladang-kadang bersitegang urat leher.

Kita sangat berterimakasih kepada masyarakat yang telah banyak membentu korban bencana. Mereka bekerja tamapa pamrih, apalagi relawan yang dilatih untuk itu. Namun yang perlu kita sadari adalah jangan samapai dana yang dikumpulkan tersebut tidak samapai pada sasarnnya apalagi disunat ditempat kejadian. Jangan mencari kesempatan dalam kesempitan orang lain. Jangan menari-menari di dalam deraian air mata korban. Kejadian seperti ini sudah bnayk tetjadi di negeri ini. Pelakunya juga banayak, tiudak hanya pejabat , LSM, tetapi organisasi peduli lainnya juga ada melakukan hal yang serupa. Mungkin kita msih ingat ketika Tsumani terjadi di Aceh kemarin, ada oknum yang seklama ini memperjuangan rakyat dan ragin mengkritisi pemerintah, namun harus gelap mata dan indikasi melakukan penyunatan terhadap bantuan yang dating. Saya pikir kalau ini terjadi kita bukan manua yang beradap lagi. Nilai-nilai kemanuasian kita telah hilang rasa kemanusian dan kebersamaan telah hilang dengan banyaklnya bantuan menggiurkan di sekeliling kita.