Selasa, 29 Januari 2008

MENGGAGAS VISI SUMBAR 2020

MENGGAGAS VISI SUMBAR 2020
Oleh Revi Marta Dasta
(Singgalang. Senin, 28 Mei 2007)


Gagasan brilian tentang kebangkitan masyarakat Minangkabau, kembali dilontarkan oleh Gubernur Sumatera Barat, Gaumawan Fauzi. Beliau berkeinginan agar tahun 2020 nanti Sumatera Barat mampu bangkit dari keterpurukan selama ini. Untuk itu, perlu pertemuan-pertemuan rutin dari berbagai komponen masyarakat dalam merumuskan strategi tersebut. Jika, hal itu sudah rampung maka ke depannya visi gubernur yang akan menjabab nantinya akan disesuaikan dengan visi 2020 ini. Artinya, tidak mesti tiap tahun RPJM itu dibuat berdasarkan visi gubernur terpilih, tetapi sudah mengacu pada visi yang telah direncanakan dalam pertemuan-pertemuan tersebut.

Ide cerdas ini disampaikan Bapak gubernur ketika saya menghadiri pertemuan ulama, ormas Islam, dan OKP di kantor gubernur belum lama ini. Masing-masing ulama dimintak komentarnya oleh gubernur dalam menapapi visi Sumbar 2020. Artinya, para ulama menyiapkan konsep keagamaan Sumatera Barat hingga tahun 2020 sehingga dapat menjadi acuan nantinya. Kalau perlu konsep ini ada setiap kabupaten atau kota, kecamatan dan nagari-nagari.

Di dalam kesempatan tersebut, gubernur menyampaikan kegalauan tentang banyaknya orang yang tidak sepakat dengan beberapa agenda pemerintah, padahal sudah disepakati secara bersama-sama. Seperti pembangunan kembali Istano Pagaruyung yang menimbulkan pro dan kontra, maupun pembangunan mesjid raya. Setiap yang kita lakukan selalu salah, begitu juga beberapa komentar yang mencoba menjelek-jelek orang Minang di luar. Gubernur merasa prihatin dengan keadaan ini.

Masyarkat sepertinya ditakuti oleh beberapa komentar miring dari sebagian orang. Masyarakat terlalu dipersalahkan akibat turunya bencana, nanti kita khawatir masyarakat akan apriorit dengan keberadaan Tuhan. Sudah hitam kening kita untuk beribadah namun Tuhan masih saja murka. Hal ini tentu saja akan menjadi senjata ampuh bagi pihak lain. Kalau kondisi ini terhasut-hasut terus maka ceritanya akan berbeda. Orang lain yang tidak berkepentingan akan mudah masuk. Tuhan kamu itu tidak penyayang, kamu sudah capek sholat, beribadah tetapi masih diberi bencana oleh Tuhan pindah saja ketuhan kami, Tuhan kami pengsih katanya. Kita khawtir hal seperti itu akan terjadi di masyarakat kita. Kondisi perlu menjadi renungan bagi kita semua, jangan selalu mencari kesalahan orang lain. Setidaknya seperti itu yang saya tangkap dari pemaparan Bapak Gubernur.

Mengenai masalah mensejahterekan masyarakyat, harus gubernur pada zaman moderen ini seperti Umar Bin Khatab yang mengantar gamdum pada masyarakat karena tidak memiliki makanan. Bukankah sekarang kita sudah punya menajemen moderen. Sudah ada dinas-dinas dan biro-biro yang mengurus itu semua, jangan selalu mencari kesalahan orang lain. Setidaknya seperti itu yang saya tangkap dari pemaparan Bapak Gubernur.

Satu lagi kegalauan gubernur adalah selama ini masyarakat tidak pernah melakukan pujian terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah. Ada-ada saja yang memburukan pemerintah, kenapa pujian itu tidak pernah datang? Hasil senada juga disampaikan oleh wartawan senior, Fachrur Rasyid. Beliau mengatakan bahwa selama ini ulama atau ustad-ustad yang berceramah di mesjid selalu menakuti masyarakat, jarang sekali memuji dan menghargai. Misalnya penghargan terhadap kedatangan masyarakat ke mesjid. Masyarakat sudah datang ke mesjid saat ini sudah untung, tetapi ketika di mesjid mereka malah ditakut-takuti.
Menurut Bapak gubernur untuk merumuskan itu semua harus dilakukan duduk bersama segenap elemen masyarakat. Demikian terima kasih.

Tidak ada komentar: