Selasa, 29 Januari 2008

GEMPA DAN PERILAKU KITA

GEMPA DAN PERILAKU KITA
OLEH: Revi Marta Dasta
(Singgalang, sabtu,17 Maret 2007)


ditengah hiruk pikuknya berbagai elemen masyarakat dalam mebantu korban bencana gempa, sejak kita dihentakkan dengan berita kepergian beberapa angota DPRD kabupaten Solok untuk melkukan studi banding.
Kepegian anggota dewan yang terhormat ini menjadi polemic setelah beberapa unsure masyarakat mengecam tindakan tersebut ada sebuah kekhawatiran bahwa anggota DPRD yang pergi sudah “raso jo pareso”. Telah hilang rasa kemanusiaan wakil rakyat kita. Anggapan itu tentu sangat logis, sebab mereka pergi ditengah masyarakat yang tengah berduka. Smentara semua potensi yang ada dimasyarakat telah dipusatkan dalam membantu korban gempa ini.
Semenjak dua minggu terakhir ini masyarakat sumatera barat tengah dirundung duka akibat gempa bumi 6.2 skala richter. Semua komponen berlomba-lomba membeirkan bantuan untuk korban. Tidak hanya pemerintahan saja, tetapi segala unsure masyarakat seperti mahasisiwa, LSM dalam dan luar negeri, tokoh-tokoh masyarakat, perantau, partai politik maupun perorangan tidak pernaha lelah dalam memberikan bantuan. Mereka memiliki niat yang sama, yaitu meringankan penderitaan korban.
Bantuan yang diberikan juga beragam dan bervaraisi, bukan hanya sekeda r uang atau bantuan makanan lainnya, tetapi mereak juga rela menjadi relawan ditenda-tenda pengungsian. Tidur bersama pengungsi dan hidup sebagaimana layaknya seorang pengungsi yang menjadi korban musibah. Kondidsi ini bias kita temukan dihampir setiap daerah yang terkana gempa. Mereka juga membuat posko-posko bantuan, baik itu posko kesehatan, posko utnuk menampung bantuan sampai pada posko pencegahan trauma terhadap masyarakat. Jika kita melihat disamping posko, banyak berkibar berbagai institusi yang m,ambantu. Dengan banyaknya bendera tadi, dapat dipastikan telah banyak elemen masyarakat yang peduli. Tidak lupa, para dermawan ini selalu melkukan blow up terhadap kegiatan yang mereka lakukan. Terutama dimedia catak nasional dan daerah. Media telah kebanjiran iklan ucapan belasungkawa dari para dermawan. Tidak peduli besar atau kecilnya benutan yang mereka berikan, namun yang penting masyarakat tahu bahwa mereka sudah peduli. Atau bias saja “pangganti tanyo: “alah nymbang pak?”. Mungkin bias demikian sebagian dari perilaku kita.
Tidak hanya itu, ada juga yang menghujat pemreintah dalam melakukan penagggulangan bencana ini. Seperti pernyataan para perantau dari BK3AM baru-baru in. spontan langsung mendapat tanggapan dan kritikan pedas dari perantau lainnya. Jangan omong doank, begitu katanya. Hujatan demi hujatan telah mewarnai pemberitaan gempa ini. Memang kita harus saling membantu, namun kita juga harus kritis terhadap kerja pemerintah dalammenangani gempa. Jangan hanya pandai memuji-muji pemerintah. Perantau juga harus memberikan solusi. Karena memang kehadiran organisasi perantua bukan melakukan pujian dan juga hujatan. Tetapi memberikan solusi kongkrit terhadap permasalahan yang ada. Jangan kita menambah-nambahkan masalah. Kita sudah banyak masalah. Masalah gempa ini kita sudah kewalahan.seharusnya perantau memberikan penyejukan kepada kami yang di ranah minang. Bukan saling menghujan.
Lain lagi, prilaku mahasisiwa, bentuk kepedulian mereka tujukan dengan berbagia kegiatan social. Sebagai anak muda, tentunya mahasiswa hanya memiliki semangat dan keinginan yanga kauat yuntuk meringankan beban korban gempa. Mereka berlomba-lomba membuka posko bantuan. Yang banyak dilakukan mahasiswa adalah meminta sumbangan dijalan-jlan, selanjutnya didistribusikan kepada korban gempa. Banyak jalan-jalan protocol di kota padang yang tidak luput dari pantauan mahasiswa mereka rela berpanas-panas untuk meminta sumbangan. Tidak peduli dengan larangan polosi, atau banyak debu dari kenalpot kendaran yang bias membuat mereka sakit mata. Namun mungkit ini yang bias diberikan mahasiswa untuk menujukan kepedulian mereka terhadap korban. Disamping itu mereka banyak yang menjdi relawan kesehatan di masyarakat. Mungkin saja ada diantara mereka yang rela meninggalkan kuliahnya untuk sekedar mengabdi kepada masyarakat. Tetapi itulah uniknya mahasiswa, ada-ada saja yang mereka coba lakukan.
Media juga tidak tinggal diam dalam menghadapi bencana bias dikatakan media adalah sarana yang sangat berjasa dalam membantu masyarakat memperoleh indformasi. Bangun tidur, kita langsung mencari Koran dan menonton berita di TV. Koran-koran telah laku keras. Ditambahlagi tampilan dat-data yang akurat dan gambar-gambar yang langsung menyentuh kepedulian masyarakat dalam memberikan bantuan. Hamper semua halaman Koran tercatat pemberitaan tentang bencana ini mulai dari terjadinya gempa samapai pada menerima sumbangan dari berbagai khalayak. Media sangat efektif dalam mempromosikan kegaiatan-kegiatan masyarakat dalam memberikan bantuan. Juga ddalam memberikan informasi tentang jumlah korban yang tidak mendapatkan bantuan begitu juga dengan elektronik.
Berita-berita lain mulai hilang dari peredaran satu per satu. Misalnya saja berita hangat tentang terbakarnya istano pagaruyung yang menghebohkan itu. Dahulu semua mata tertujua kesitu, aliran bantuan segera berdatangan. Namun, mungkin saja momennya tidak tepat. Maka bantuan harus dialihkan kepada penangan gempa. Semua persedian masyarakt disumbangkan untuk gempa. Kerugian sudahj mencapai Rp 8 ratus miliara. Jumlah tersebuat baru kerugaian yang dialami, belum lagi dana yang dibutuhkan dalam memulihkan kembali dalam membangun perumahan dan mental masyarakat. Membutuhkan biaya yang sangat bnayk tentunya. Dari mana pemerintah Sumater Barat akan mendapatkan dana sabanyak itu. Terpaksa harus merevisi lagi APBD yang telah disahkan untuk menambah anggaran dalam penangan bencana ini.
Tidak ketinggalan, pengungsi juga banyak yang meminta sumbangan. Coba kita lihat di dekat posko-posko temapt kejadian. Banyak masyarakat yang meminta sumbangan setiap kendaraan yamg melintas selalu dimintai sumbangan. Apakah ini sudah menjdi kesepakatan atau hanya kehendak segelintir orang saja. Pertanyaannya adalah apakah bantuan yang selama ini diberikan pemerintah tidak mencukupi? Bagaimana dengan peran anggota dewan kita yang terhormat dalam menghadapi bencana ini. Sebagai orang politik dan wakil rakyat tentu mereka harus membantu meringankan beban masyarakat. Terutama masyarakat asal pemilihan mereka. Bias kit abaca di Koran banyak anggota DPRD yang telah menbirikan batuan kepada korban gempa di daerah pemilihan mereka masing-masing. Baik dari pusat maupun daerah. Sebagai wakil yang dipilih yang dipilih oleh rakyat tentu mereka memiliki sense of cricis terhadap penderitaan yang dialami masyarakat. Masing-masing partai telah mendirikan posko dan membentuk para relawan. Tidak tanggung, bolw up kegiatan ini dibuat secara besar-besaran. Mungkin saja, inilah saatnya memebar simpati kepada masyarakat.
Namun ditengah itu muncul kabar yang tidak enak, anggapan DPRD salah satu kabupatan di Sumatera Barat melakukan kunjungan kerja kedaerah lain. Kenapa kepergian mereka begitu dibesar-besarkan? Padahal itu adalah sudah menjadi tugas mereka yang harus diselesaikan apakah semua pekerjaan kita akan terhenti dengan bencana ini. Apakah kita akan larut dalam bencana ini? Tentu saja tidak. Barang kali jawabanya. Namun kenapa kepergian mereka sangat disayangkan? Semua berkomentar tentang kepergian ini. Memang selama ini perilaku dari anggota deawan yang terhormat ini sangat beragam. Ada-ada saja perilaku mereka ini. Ada yang berbuat asusila, ada yang demo minta kenaikan gaji, ada yang main judi, sampai pada ada yang kurang peduli dengan musibah yang menimpa masyarakat. Secara akal sehat tentunya kita tidak menerima, prilaku anggota dewan seperti itu. Namun kita juga jangan terlalu aprior dengan segala tingkah mereka. Banyak juga hal positif yang mereka hasilkan. Seperti bagainama kemakmuran dari masyarakat hampair bergadang tiap malam untuk rapat memikirkan yang terbaik bagi masyarakat. Ditambah lagi banyak peraturan yang mereka buat. Anggota dewan juga manusia.
Semua yang kiata lakukan dalam bencana ini tentunya akan dinilai oleh Tuhan. Sejauh mana keiklasan kita dalam membantu. Tidak usah terlalau overekting. Mari kita sama-sama membantu. Wasalam.

Tidak ada komentar: