Selasa, 29 Januari 2008

MEWASPADAI KEMISKINAN BARU
Oleh : Revi Marta Dasta
(Haluan. Sabtu, 7 Arpil 2007)


Gempa yuang terjadi di Sumatera Barat telah banyak menyiksa masalah baru. Tidak hanya korban yang mendapat masalah, tetpai hanpir semua komponen masayrakat termasuk pemerintah juga merasakannya terutama merumuskan strategi dalam melakukan penangulangan terhadap efek yang ditimulkan oleh gempa ini. Diantara masalah tersebut adalah belum teridebntifikasinya juml;ah korban dan kerugian secara akurat, banyaknya masyarakat yang tidak lagi memiliki rumah, munculnya berbagai penyakit, meningkatnya jumalah pengaguran dan kemiskinan serta bahaya trauma yang dialami masyarakat paska gempa.

Misalnya saja pengaguran, menurut pemerintyah terjadi peningkatan jumalah pengaguran sebesar 15 ribu orang paska gempa. Di Indonesia telah bertambah jumlah pengaguran sebanya 2 ribu orang sejak bencana terjadi. Sebuah anagka yang sangat besar. Padahala sebelum gempa ini terjdi, masiih banyak persoalan yang belumbisa diselesaikan pemerintah.

Khusus di Sumatera Barat, penanganan kemiskianan lewat program Penangulangan Kemiskinan Berbasias Nagari (PKBN) yang telah dicangakan oleh pemerintah belum jelas arahnya. Belum lagi membludaknya jumalah pengaguran dari tahun ke tahun yang akan banyak menambah masalah baru. Konsentrasi masyarakat semakin pecah dengan terbakarnya Istano Pagaruyung ditambah dengan berbagai polemik tentang pembangunannya kembali.

Bencana dapat dipastikan akan mendatangkan kemiskinan baru dimasyarakat. Kalau di perhatikan, berapa banyak korban yang tidak lagi bias memenuhui kebutuhan hidupnya secara layak. Rumah mereka banyak rusak, kegiatan sehari-hari di habiskan ditenda, kapan lagi mereka akan berkerja, kalau tidak mereka mau makan apa. Tidak mungkin selamanya mereka harus bergantung dengan berbagai bantuan yang dating. Maka hibauan segenap pihak untuk korban gempa kembali berkerja juga harus ada sosulsinya. Misalnya memberikan kembali modal kerja, atau memperbaiki kembali saran dan prasarana korban gempa yang kebetulan rusak. Di harapkan mereka dapat berkerja sehingga biasa mandiri dan terjauh dari kemiskinan.

Kemiskinan
Kemiskinan merupakan situasi atau kondisi yang di alami seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai pada suatu taraf yang di anggap manusia. Artinya jika ada korban yang tidak bias menyelenggarakan kehidupan secara maka dapat di artikan telah timbul kemiskinan baru pasca gempa ini. Coba kita lihat korban bencana gempa, sempatkah mereka untuk menyelenggarakan hidupnya secara layak. Setiap hari mereka selalu berfikir bagaimana memperbaiki rumahnya, berapa biaya yang di butuhkan untuk memperbaikinya, dengan apa beras harus dibeli, biaya sekolah anak-anak dan segala macamnuya. Sementara trauma juga belum hilang karena masalah baru menghantui korban seperti banyaknya penyakit yang muncul dan bebean kebutuhan yang meninggakap tajam.

Untuk itu kita harus mewaspadai kemiskinan baru inimuncul. Dilihat dari dimensi kemiskinan, ada beberapa aspek yang mempengaruhuinya yaitu, pertama aspek politik, masyarakat tidak mampu memiliki akses dalam menentukan pengambilan keputusan strategis yang menyangkut haknya. Selama ini masyarakat miskin cendrung termarginalkan, mereka tidak diajak dalam pengambilan keputusan penting. Pemerintah sering menganggap mereka tidak tahu apa-apa.

Mereka cukup diberikan hasil dari berbagai keputusan. Mereka tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat. Stikma bodoh telah melekat sehingga, tidak perlu diajak. Tetapi ketika ada kepentingan tertentu mereka berlomba-lomba mengemis kepada masyarakat miskin ini, terutama menyelang pemilihan kepala daerah atau legislative. Dalam bencana ini masyarakat korban juga selayaknya diajak dalam menentukan pembangunan kembali asset-aset mereka yang telah rusak, disamping melibatkan mereka dalam pembangunan kembali, artinya tidak hanya dibiarkan saja, namun juga diikut sertakan.

Kedua, dimensi budaya yaitu tidak terintegrasinya masyarakat dalam institusi social formal.aspek budaya ini menjadi perhatian utama, jangan sampai budaya hilang dengan adanya gempa ini, misalnya ketika terjadi gotong-royong masyarakat korban untuk membantu, namun untuk melakukan itu mereka di bayar oleh sebagian orang. Ini menandakan bahwa masyarakat telah dikikis nilai-nilai budayanya. Gotong-royong dan klebersamaan merupakan nila-nilai yang sudah ditanam sejak lama dan sudah menjadi ciri khas masyarakat. Ketiga aspek ekonomi, yaitu rendahnya penghasilan dan tidak mencukupi akibatnya kebutuhan tidak dapat dipenuhi akibat gempa banyak diantara korban yang kurang berpenghasilan atau tidak berpenghasilan sama sekali.toko atau tempat berusaha yang tidak dapat mereka gunakan lagi. Kondisi seperti yang perlu dapat perhatian, perekonomian masyarakat harus dapat dibangkitkan.

Program-program cepat untuk mengembalikan membangkitkan perekonomian meski dilakukan. Jangan sampai membiarkan masysarakat terlalu lama larut dengan bencana ini. Program jangka panjang perlu diterapkan selain bantuan-bantuan yang sifatnya hanya sementara. Ke empat dimensi asset, rendahnya kepemilikan masyarakat terhadap berbagai asset seperti asset fisik. Salah satu cirri kemiskinana itu adalah masyarakat tidak memiliki asset dalam memenuhui kebutuhannya. Seperti tidak memiliki yangtidak layak huni. Atau asset lainnya seperti lahan pertanian dan perkebunan atau took dan warung untuk berjualan.
Saat ini, asset fisik yang sudah lama di bangun masyarakat seakan sudah habis atau hanya tinggal beberapa saja. Rumah banyak yang rusak, lahan pertanian yang tidak layak pakai atau tempat usaha yang tidak mengkin lagi nberfungsi dalam meningkatkan produktivitas keluarga.
Berdasarkan kondisi riiil di lapangan dan dimensi kemiskinan tadi, maka sesengguhnya masyarakat pasca gempa ini sangat rawan jatuh kedalam jurang kemiskinan. Melihat fenomena ini pemerintah dan komponen masyarakat lainnya harus bergerak sekarang juga. Melakukan secepat mungkin tindakan nyata.


Perempuan dan bencana
Perempuan adalah orang yang paling banyak merasakan akibat dari gempa ini. Sehingga perempuan menjadi orang pertama tetimpa kemiskinan baru. Umumnya pekerjaan rutin yang dilakukan perempuan alah mengangkut air sampai berkilo-kilo untuk mandi, mencuci sampai memasak. Kemudian mengasuh anak, kadang-kadang juga harus menyediakan kebutuhan sehari-hari keluarga. Disaat gempa terjadi tentunya perempuan sangat merasakan akibatnya. Perempuan di tuntut harus pandai-pandai menyediakan air bersih, menyediakan tempat masak, menyediakan makanan, mengasuh anak dan sebagainya.

Sebenarnya laki-laki dan perempuan memiliki masalah yang sama dalam bencana ini. Tidak ada bedanya. Saya tidak mencoba melakukan pemisahan antara laki-laki dan perempuan dalam penangganan maupun memeberikan bantuan tetapi kita juga harus arif dengan kondisi perempuan itu sendiri. Walaupun sama-sama di rundung duka, namun semestinya perempuan mendapatkan perhatian lebih. Karena perempuan adalah orang yang paling banyak merasakan akibat gempa.

Semoga program recovery yang di canangkan pemerintah dapat berjalan dengan maksimal sehingga kemiskinan baru yang akan timbul dapat ditekan. Tentunya denga bantuan semua pihak dan tidak lupa melibatkan masyarakat yang menjadi korban akibat gempa. Wassalam.

Tidak ada komentar: